unsur intrinsik drama menurut para ahli
Unsur Intrinsik Drama
Unsur-unsur
intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat
ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Adapun unsur-unsur
intrisik drama yaitu.
1) Tema
Tema cerita adalah pokok pikiran dalam sebuah karangan. Atau, dapat diartikan pula sebagai dasar cerita yang ingin disampaikan oleh penulisnya (Lutters, 2006:41).
Tema cerita adalah pokok pikiran dalam sebuah karangan. Atau, dapat diartikan pula sebagai dasar cerita yang ingin disampaikan oleh penulisnya (Lutters, 2006:41).
Tema
drama harus disesuaikan dengan penonton. Jika drama ditujukan kepada
pelajar, maka tema ceritanya juga harus sarat dengan pendidikan. Jangan
sampai tema yang disajikan justru menjerumuskan pelajar sebagai penonton
pada hal-hal yang tidak edukatif.
2) Alur Cerita (Plot)
Plot
atau alur adalah pola dasar dari kejadian-kejadian yang membangun aksi
yang penting dalam sebuah drama. Plot drama harus dibangun mulai dari
awal, lalu terdapat kemajuan-kemajuan, dan penyelesaian masalah yang
diberikan kepada penonton. Plot menjelaskan bagaimana sebuah kejadian
memengaruhi kejadian yang lain dan mengapa orang-orang yang ada di
dalamnya berlaku seperti itu (Suban, 2009: 79).
Somad dkk. (2008:149) menjabarkan alur menjadi beberapa bagian berikut.
a) Eksposisi/ introduksi merupakan pergerakan terhadap konflik melalui dialog-dialog pelaku.
b) Intrik merupakan persentuhan konflik atau keadaan mulai tegang.
c) Klimaks merupakan pergumulan konflik atau ketegangan yang telah mencapai puncaknya dalam cerita.
d) Antiklimaks merupakan konflik mulai menurun atau masalah dapat diselesaikan.
e) Konklusi merupakan akhir peristiwa atau penentuan terhadap nasib pelaku utama.
3) Latar Cerita (Setting)
Lutters
(2006: 56) menjelaskan bahwa setting cerita adalah lokasi tempat cerita
ini ingin ditempatkan atau diwadahi. Setting dibagi menjadi dua, yaitu
media/ tempat dan budaya.
4) Penokohan
Penokohan/ karakter pelaku utama adalah pelukisan karakter/ kepribadian pelaku utama. Lutters (2006: 81) membagi tokoh/ peran menurut sifatnya dalam tiga hal berikut.
Penokohan/ karakter pelaku utama adalah pelukisan karakter/ kepribadian pelaku utama. Lutters (2006: 81) membagi tokoh/ peran menurut sifatnya dalam tiga hal berikut.
a) Peran Protagonis
Peran
protagonis adalah peran yang harus mewakili hal-hal positif dalam
kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang
disakiti, baik, dan menderita sehingga akan menimbulkan simpati bagi
penontonnya. Peran protagonis ini biasanya menjadi tokoh sentral, yaitu
tokoh yang menentukan gerak adegan.
b) Peran Antagonis
Peran
antagonis adalah kebalikan dari peran protagonis. Peran ini adalah
peran yang harus mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Peran
ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang menyakiti tokoh protagonis.
Dia adalah tokoh yang jahat sehingga akan menimbulkan rasa benci atau
antipasti penonton.
c) Peran Tritagonis
Peran
tritagonis adalah peran pendamping, baik untuk peran protagonis maupun
antagonis. Peran ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh
sentral, tetapi juga bisa menjadi penengah atau perantara tokoh sentral.
Posisinya menjadi pembela tokoh yang didampinginya. Peran ini termasuk
peran pembantu utama.
Suban (2009:68) membagi karakter menjadi tiga bagian menurut kedudukannya dalam cerita.
· Karakter Utama (Main Character)
Karakter
utama adalah karakter yang mengambil perhatian terbanyak dari pemirsa
dan menjadi pusat perhatian pemirsa. Karakter ini juga paling banyak
aksinya dalam cerita.
· Karakter Pendukung (Secondary Character)
Karakter
pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi dan yang
memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-kangan karakter pendukung
bisa memainkan peranan yang membantu karakter utama. Misalnya sebagai
orang keparcayaan karakter utama.
· Karakter Figuran (Incedental Character)
Karakter
ini duperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah cerita. Mereka serin
disebut figuran, karena yang dibutuhkan figuran saja. Mereka sering
tampil tanpa dialog. Kalaupun ada, dialognya hanya bersifat informatif.
Biasanya mereka digunakan dalam adegan- adegan kolosal dan keramaian.
Atau jika tidak kolosal, biasanya mereka memegang profesi di dalam
pelayanan umum, misalnya sopir taksi, pembantu, atau petugas di pom
bensin.
5) Amanat
Amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan penulis cerita kepada penonton atau
penikmat drama. Jika drama ditujukan kepada pelajar, maka seiring
dengan temanya, drama harus memberikan amanat yang bersifat edukatif.
Selain itu, cerita dalam drama harus dapat menambah pengetahuan yang
positif bagi siswa.
6) Tokoh
Menurut Wiyanto (2002:29)
yang dimaksud dengan tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang
yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai peristiwa
cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, dapat pula berwujud
binatang atau benda yang diinsankan.Berdasarkan fungsi tokoh dalam
cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh
bawahan.
a) Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu
· Tokoh
sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang
membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai pisitif.
· Tokoh
sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan
perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan
nilai-nilai negatif.
b) Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu
· Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercataan tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
· Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
· Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.
c) Berdasarkan cara menampikan perwatakannya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
· Tokoh
datar/sederhana/pipih. Yaitu tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari
satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali
berubah, atau bahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun,
kancil, film animasi).
· Tokoh
bulat/komplek/bundar. Yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya
diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak.
7) Sudut pandang
Sudut
pandang adalah tempat dimana seorang pengarang melihat sesuatu. Sudut
pandang ini tidak diartikan sebagai penglihatan atas suatu barang dari
atas atau dari bawah, tetapi bagaimana kita melihat barang itu dengan
mengambil suatu posisi tertentu.
a) Sudut
pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata
ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat dalam
cerita dan bertindak sebagai tokoh cerita.
b) Sudut
pandang orang ketiga, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti
orang ketiga seperti dia, ia atau nama orang yang dijadikan sebagai
titik berat cerita.
c) Sudut
pandang pengamat serba tahu, Dalam hal ini pengarang bertindak
seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah
laku tokoh
a) Tokoh dan Karakter Tokoh
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis.
Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel:
Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.
Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya demi membayar hutang.
Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru dalam membuat keputusan.
Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
b) Latar (Setting)
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut:
Latar Tempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.
Latar tempat dalam Novel: Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri)
Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.
Latar Waktu dalam Novel: pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana moral masih bobrok.
Latar Sosial
Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya.
Latar Sosial dalam Novel: Merupakan banyak mengandung unsur adat-istiadat Melayu.
c) Alur (Plot)
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian cerita, yakni sebagai berikut. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa tersebut meliputi:
- mulai melukiskan keadaan (situation): Saat ayah siti Nurbaya masih sukses. (Bukti: Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.)
- peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses): Datuk Maringgih mulai culas. (Bukti: Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.)
- keadaan mulai memuncak (rising action): Samsulbahri mengetahui nasib Siti Nurbaya. (Bukti: Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya. Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.)
- mencapai titik puncak (klimaks): Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh. (Bukti:Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.)
- pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement): setelah membunuh Datuk Maringgih, Samsulbahri pun akhirnya tewas tanpa mendapatkan gadis pujaannya Siti Nurbaya. (Bukti:Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya dan Siti Nurbaya yang telah mendahuluinya.)
d) Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang “aku”), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.
Sudut Pandang dalam Novel : sudut pandang orang ke-3.
e) Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya.
Gaya Bahasa Novel: Gaya Bahasa novel ini adalah Melayu.
f) Tema
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.
Tema Novel: Tema Novelnya adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan Samsulbahri.
g) Amanat
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita.
Amanat yang terkandung dalam Novel:
ß Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
ß Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati.
ß Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
ß Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.
ß Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
ß Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup.
o IDENTIFIKASI UNSUR EKSTRINSIK:
Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut.
1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
Keadaan Subjektivitas: pengarang berusaha melakukan inovasi baru, dengan menggebrak Sastra Indonesia Modern dengan melncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis adalah pandangan hidup ke depan dan penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga terkekang dengan adat istiadat lama.
2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya.
Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan terobosan dengan mengarang buku novel, “Siti Nurbaya”.
3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru dengan karyanya.
4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton, dan gaya bahsanya hanya itu saja, jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan memunculkan gaya bahasa Melayu.o IDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK:
a) Tokoh dan Karakter Tokoh
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis.
b) Latar (Setting)
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut:
Latar Tempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.
Latar tempat dalam Novel: Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri)
Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.
Latar Waktu dalam Novel: pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana moral masih bobrok.
Latar Sosial
Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya.
Latar Sosial dalam Novel: Merupakan banyak mengandung unsur adat-istiadat Melayu.
c) Alur (Plot)
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian cerita, yakni sebagai berikut. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju.
d) Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang “aku”), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.
Sudut Pandang dalam Novel : sudut pandang orang ke-3.
e) Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya.
Gaya Bahasa Novel: Gaya Bahasa novel ini adalah Melayu.
f) Tema
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.
Tema Novel: Tema Novelnya adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan Samsulbahri.
g) Amanat
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita.
Amanat yang terkandung dalam Novel:
Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati.
Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.
Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup.
IDENTIFIKASI UNSUR EKSTRINSIK:
Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut.
1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
Keadaan Subjektivitas: pengarang berusaha melakukan inovasi baru, dengan menggebrak Sastra Indonesia Modern dengan melncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis adalah pandangan hidup ke depan dan penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga terkekang dengan adat istiadat lama.
2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya.
Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan terobosan dengan mengarang buku novel, “Siti Nurbaya”.
3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru dengan karyanya.
4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton, dan gaya bahsanya hanya itu saja, jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan memunculkan gaya bahasa Melayu.
o IDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK:
a) Tokoh dan Karakter Tokoh
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis.
Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel:
Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.
Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya demi membayar hutang.
Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru dalam membuat keputusan.
Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
b) Latar (Setting)
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut:
ü Latar Tempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.
Latar tempat dalam Novel: Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri)
ü Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.
Latar Waktu dalam Novel: pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana moral masih bobrok.
ü Latar Sosial
Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya.
Latar Sosial dalam Novel: Merupakan banyak mengandung unsur adat-istiadat Melayu.
c) Alur (Plot)
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian cerita, yakni sebagai berikut. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa tersebut meliputi:
- mulai melukiskan keadaan (situation): Saat ayah siti Nurbaya masih sukses. (Bukti: Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.)
- peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses): Datuk Maringgih mulai culas. (Bukti: Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.)
- keadaan mulai memuncak (rising action): Samsulbahri mengetahui nasib Siti Nurbaya. (Bukti: Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya. Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.)
- mencapai titik puncak (klimaks): Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh. (Bukti: Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.)
- pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement): setelah membunuh Datuk Maringgih, Samsulbahri pun akhirnya tewas tanpa mendapatkan gadis pujaannya Siti Nurbaya. (Bukti: Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya dan Siti Nurbaya yang telah mendahuluinya.)
d) Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang “aku”), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.
Sudut Pandang dalam Novel : sudut pandang orang ke-3.
e) Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya.
Gaya Bahasa Novel: Gaya Bahasa novel ini adalah Melayu.
f) Tema
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.
Tema Novel: Tema Novelnya adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan Samsulbahri.
g) Amanat
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita.
Amanat yang terkandung dalam Novel:
ß Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
ß Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati.
ß Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
ß Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.
ß Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
ß Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup.
o IDENTIFIKASI UNSUR EKSTRINSIK:
Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut.
1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
Keadaan Subjektivitas: pengarang berusaha melakukan inovasi baru, dengan menggebrak Sastra Indonesia Modern dengan melncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis adalah pandangan hidup ke depan dan penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga terkekang dengan adat istiadat lama.
2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya.
Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan terobosan dengan mengarang buku novel, “Siti Nurbaya”.
3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru dengan karyanya.
4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton, dan gaya bahsanya hanya itu saja, jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan memunculkan gaya bahasa Melayu.
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis.
b) Latar (Setting)
Latar Tempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.
Latar tempat dalam Novel: Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri)
Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.
Latar Waktu dalam Novel: pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana moral masih bobrok.
Latar Sosial
Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya.
Latar Sosial dalam Novel: Merupakan banyak mengandung unsur adat-istiadat Melayu.
c) Alur (Plot)
mulai melukiskan keadaan (situation): Saat ayah siti Nurbaya masih sukses. (Bukti: Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.)
- peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses): Datuk Maringgih mulai culas. (Bukti: Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.)
- keadaan mulai memuncak (rising action): Samsulbahri mengetahui nasib Siti Nurbaya. (Bukti: Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya. Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.)
- mencapai titik puncak (klimaks): Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh. (Bukti:Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.)
- pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement): setelah membunuh Datuk Maringgih, Samsulbahri pun akhirnya tewas tanpa mendapatkan gadis pujaannya Siti Nurbaya. (Bukti:Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya dan Siti Nurbaya yang telah mendahuluinya.)
d) Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang “aku”), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran
e) Gaya Bahasa
Gaya Bahasa Novel: Gaya Bahasa novel ini adalah Melayu.]
f) Tema
Tema Novel: Tema Novelnya adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan Samsulbahri.
g. Amanat
Amanat yang terkandung dalam Novel:
ß Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
ß Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati.
ß Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
ß Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.
ß Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
ß Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup.
unsur ekstrensik novel siti nurbaya:
1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
Keadaan Subjektivitas: pengarang berusaha melakukan inovasi baru, dengan menggebrak Sastra Indonesia Modern dengan melncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis adalah pandangan hidup ke depan dan penuh inovasi baru.
2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya.
Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan terobosan dengan mengarang buku novel, “Siti Nurbaya”.
3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru dengan karyanya.
4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton, dan gaya bahsanya hanya itu saja, jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan memunculkan gaya bahasa Melayu.
2. Sudah
3. Unsur – Unsur Intrinsik Novel Siti Nurbaya
A. Tema :
Tradisi kawin paksa
B. Tokoh :
1. Siti Nurbaya
2. Samsul Bahri
3. Pak Ali
4. Datuk Maringgih
5. Bahtiar
6. Sutan Mahmud
7. Baginda Sulaiman
8. Siti Maryam
C. Latar :
* Tempat : – Muka Sekolah Belanda Pasar Ambacang Di Padang
- Dalam Rumah
- Serambi Belakang Rumah
- Gedung Dapang
* Waktu : – Siang Hari Pukul 13.00 Wib.
- Sore Hari.
- Pagi Hari Pukul Lima Pagi.
- Ahad
D. Sudut Pandang : Orang ketiga
E. Gaya Bahasa : Melayu, Belanda, Padang.
F. Amanat :
- Orang Tua Jangan Terlalu Memaksa Keinginan Diri Terhadap Anak- Anaknya.
- Orang Tua Janan Terlal Memandang Orang Dengan Mukanya.
- Biarkan Anak Dapat Memilih Jodohnya Sendiri.
G. Alur : Maju mundur.
Unsur ekstrinsik novel Siti Nurbaya:
1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
Keadaan Subjektivitas: pengarang berusaha melakukan inovasi baru, dengan menggebrak Sastra Indonesia Modern dengan melncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis adalah pandangan hidup ke depan dan penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga terkekang dengan adat istiadat lama.
2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya.
Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan terobosan dengan mengarang buku novel, “Siti Nurbaya”.
3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru dengan karyanya.
4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton, dan gaya bahsanya hanya itu saja, jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan memunculkan gaya bahasa Melayu.1.
2.
3. Unsur intrinsik novel Baruang Ka Nu Ngarora karya D.K Ardiwinata.
a. Tema
Tema sosial dan moral sert tema jasmaniah dan percintaan
b. Alur
alur campuran.
c.Penokohan
1.Tuan Haji Abdul Raup
2.Istri Tuyan Haji Abdul Raup
3.Nyi Rapiah, anak dari Tuan Haji Abdul Raup.
4.Tuan Haji Samsudin
5. Istri Tuan Haji Samsudin
6. Ujang Kusen, anak Tuan Haji Samsudin
7. Juragan Demang dan Istri
d. Latar
1. Rumah, rumah Tuan HAji HAji RAup
2. Alam sekitar
Dalam sebuah novel terdapat dua tema, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor yang terkandung dalam novel Saman adalah tentang perjuangan. Sedangkan tema minor dalam novel Saman ini adalah perjuangan seseorang dalam mencari keadilan bagi masyarakat tertindas. Hal ini diperkuat dengan adanya beberapa fakta yang ada dalam novel salah satunya perjuangan Saman ketika sedang berusaha untuk menyelamatkan masyarakat dari kejahatan yang dilakukan oleh para penguasa yang akan menipu masyarakatnya. selain itu pula, perjuangan hidup Saman ketika ditangkap dan disiksa karena dianggap sebagai musuh bagi para penguasa. Saman dianggap provokator bagi Para penguasa karena dianggap telah mempengaruhi masyarakat agar tidak menandatangi perjanjian.
b. Penokohan
Dalam novel Saman ini ada beberapa tokoh yang ikut berperan di dalamnya. Ada dua macam tokoh dalam sebuah novel, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama dalam novel ini adalah Athanasisus Wisanggeni atau Saman. Sedangkan tokoh bawahan dalam novel ini terdiri dari Laila, Yasmin, Sihar, Cok, Shakuntala, Upi, Keluarga Upi, Bapak Saman, Pater Westenberg, Suster, Rosano, Hasyim dan masyarakat.
c. Alur
Alur yang digunakan oleh pengarang dalam menuliskan novel Saman ini adalah alur maju atau alur lurus. Hal ini ditandai dengan adanya perkenalan tokoh-tokoh yang ada dalam novel saman. Selanjutnya dilanjutkan dengan munculya permasalah-permasalahn yang dikenai kepada tokoh. Kemudian dilanjutkan dengan klimaks dan di akhiri dengan adanya penyelesaian dari permasalah yang terjadi. Penyelesaian dalam novel ini adalah terbuka. Hal ini ditandai dengan tidak adanya penyelesaian yang diberiakan oleh pengarang. Pembaca dibiarkan mengira-ngira tentang akhir cerita dari novel Saman ini.
d. Setting dan Latar
Latar yang ada dalam novel ini terdiri dari bebrapa latar, diantaranya :
1. latar tempat.
Latar tempat yang ada dalam novel ini adalah :
1. Pedalaman Sumatra.
Latar ini digunakan ketika tokoh Saman kembali ke tempat asalnya di Sumatera, khususnya di daerah Perabumulih yang masih merupakan kota minyak di tengah Sumatera Selatan. Daerah Seikumbang yang juga merupakan salah satu daerah di Pedalaman Sumatera yang menjadi tempat terjadinya konflik, yaitu tempat di mana Saman ditangkap.
1. New York.
Di negeri ini Laila dan Sihar bertemu. Lebih tepatnya di Central Park. Tetapi Sihar tidak datang untuk menepati janjinya untuk bertemu dengan Laila.
1. Laut Cina Selatan.
Di lokasi ini terjadi suatu peristiwa di mana teman dari Sihar meninggal dunia karena mengalami kecelakaan pada saat proses pengeboran minyak. Selain peristiwa kecelakaan ini, Laut Cina Selatan juga merupakan tempat pertama kali Laila bertemu dengan Sihar.
1. Gereja.
Gereja merupakan tempat di mana Athanasius Wisanggeni dikukuhkan menjadi seorang pastur oleh seorang bapak uskup.
1. Medan, Singapura, Amerika dan Australia.
Keempat tempat tersebut digunakan oleh saman sebagai tempat untk melarikan diri dan bertempat tinggal untuk sementara waktu, khususnya di apartemen Sydney.
1. Pejara.
Penjara merupakan tempat saman disiksa karena dia dituduh sebagai provokator yang menghasut masyarakat agar tidak menandatangani perjanjian yang dilakuka antara masyarakat dan pemilik perkebunan.
1. Palembang.
Tempat bertemunya Laila dan Sihar untuk menemui Yasmin.
2. Latar Lingkungan Kehidupan.
Latar lingkungan kehidupan dalam novel ini adalah sebuah pulau dan sebuah Negara. Pulau ini digunakan sebagai latar lingkungan kehidupan oleh pengarang ketika Saman kembali ke tempat asalnya di Sumatera. Sedangkan Negara digunakan oleh pengarang sebagai latar ketika Laila berjanji untuk bertemu dengan Sihar.
3. Latar Sistem Kehidupan.
Latar sistem kehidupan yang ada dalam novel ini adalah adanya perbedaan status sosial antara para transmigran dan orang yang punya jabatan pada suatu perusahaan. Para tansmigran selalu mengalami penderitaan yang disebabkan oleh sikap semena-mena oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan.
1. Latar alat.
Latar alat yang ada dalam novel ini adalah sebagai berikut :
1. Alat transportasi,
Latar alat transportasi yang banyak digunakan para tokoh yang ada pada novel Saman adalah pesawat, mobil, truk. Pesawat digunaka oleh tokoh Saman ketika sedang melarikan diri ke luar negeri.
1. Komputer.
Saman dan Yasmin menggunaka media komputer, khususnya email untuk mencari dan memberikan informasi. Selain untuk alat berkomunikasi antara Yasmin dan Saman.
1. Telepon.
Laila sering menggunakan telepon untuk berhubungan dengan Sihar. Selain dengan sihar, Laila juga menggunakan telepon untuk berkomunikasi denga semua sahabatnya.
1. Surat.
Surat digunakan Saman untuk mengabari tentang keadaan Saman. Dan Laila juga menggunakan surat untuk berhubungan dengan Saman.
1. Mesin pengebor minyak.
Digunakan oleh Sihar dan teman-temannya untuk bekerja di tempat pengeboran minyak.
1. Alat-alat pertukangan.
Alat pertukangan digunakan ketika tokoh Saman membuat sebuah pondok untuk Upi.
1. Alat kejutan listrik.
Alat ini digunakan oleh orang-orang yang menyiksa Saman ketika masuk penjara.
1. Latar waktu.
Latar waktu yang digunakan dalam novel ini adalah :
1. Pagi.
Latar ini banyak digunaka oleh pengarang untuk menggambarkan latar waktu pada setiap ceritanya. Contohnya latar waktu pagi hari salah satunya adalah ketika Laila menunggu Sihar di Central Park.
1. Siang.
Latar siang juga banyak digunakan dalam novel Saman ini. Contohnya ketika laila dan Sihar bertemu dengan Yasmin di Palembang.
1. Malam.
Salah satu contoh latar waktu khususnya malam hari digambarkan oleh pengarang ketika Saman tidur.
e. Sudut PAndang
Point of view dalan novel ini adalah pengarang sebagai Author Participant ( metode orang pertama ). Dalam Author Participant masih dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu Main Character dan Subordinat Character. Main Character maksudnya sebutan “aku” yang digunakan untuk menyebut tokoh utama, sedangkan Subordinat Character maksudnya pengarang menyebut “aku” untuk tokoh bawahan. Jadi, metode yang digunkan oleh pengarang adalah Main Character. Karena pengarang menyebut “aku” untuk peran tokoh-tokoh yang ada dalam novel.
Unsur Ekstrinsik novel Saman
Kajian ekstrinsik dalam novel ini mengangkat realita tentang konflik sosial yang umumnya terjadi dalam masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari masalah penindasan rakyat kecil yang dilakukan oleh orang – orang yang memiliki kekuasaan. Contoh konflik yang lainnya adalah masalah perselingkuhan yang terjadi dalam masyarakat.
1. Tema
:
Adat istiadat
2. Alur
:
Alur maju
Novel ini menceritakan bagaimana awal
Hanafi dan Corrie berteman hingga mereka
meninggal
3. Setting
:
Tempat : lapangan tenis di Minangkabau,
rumah Corrie dan rumah Hanafi di
Minangkabau, Betawi (Jakarta) dan
Semarang
4. Suasana
:
Penyesalan : Hanafi menyesal telah
menyakiti hati Corrie
5. Perwatakan :
- Hanafi : egois dan keras kepala
- Corrie : baik dan mudah bergaul
- Rapiah : sabar dan lembut
- Ibu Hanafi : sabar
- Syafei : berani
6. Amanat
:
Jangan memaksakan suatu pernikahan
yang tidak diinginkan oleh pengantin
tersebut, karena akhirnya akan saling
menyakiti keduanya.
Unsur Ekstrinsik :
Nilai adat istiadat
:
Adat istiadat pada saat itu tidak
memperbolehkan seorang wanita atau pria
dengan perbedaan bangsa, bersatu untuk
saling mencintai
Nilai pendidikan :
Kepindahan Corrie ke Semarang untuk
meneruskan sekolahnya disana.
1. Tema
:
Kawin paksa (kasih tak sampai)
2. Alur
:
Alur maju
Sepuluh tahun kemudian, di kota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang- orangnya.
3. Setting
:
Tempat : kios, Padang, Jakarta, rumah, kantor
polisi, rumah sakit
Waktu : siang, malam
4. Suasana
:
Mengharukan : saat Siti Nurbaya dan
keluarganya jatuh miskin
5. Perwatakan
:
- Datuk Maringgih, licik : ia menagih hutang kepada Baginda Sulaiman, saat Baginda bangkrut
- Siti Nurbaya, wanita lemah : ia tidak bisa berbuat apa-apa saat Datuk Maringgih ingin menikahinya
- Samsul Bahri, tak pantang menyerah : ia tetap
mempertahankan
cintanya
kepada
Siti
Nurbaya walaupun akhirnya tak berhasil.
6. Amanat
:
Kekuatan cinta tak akan ada yang bisa
mengalahkan, kecuali kamatian.
Unsur Ekstrinsik :
Nilai Ekonomi
:
Saat toko-toko Baginda di hangus dibakar oleh Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman dan Siti Nurbaya jatuh miskin.
Nilai sejarah
:
Pemberontakan Datuk Maringgih berkaitan dengan kebijaksanaan Belanda dalam masalah pajak pada saat itu.Nama: Wiwiet Damai Lestari
Unsur Intrinsik :
1. Tema
:
Keberanian
2. Alur
:
Alur Campuran
- Harry masuk ke dalam buku milik Tom Riddle
yang ia temukan, lalu ia ditunjukkan kembali
kisah terbukanya pintu kamar rahasia lima
puluh tahun yang lalu (alur mundur)
- Harry mendengar suara-suara gaib “I want to
kill you” yang hanya bias didengar olehnya,
lalu Harry mencari tahu tentang suara itu
berasal (alur maju)
3. Setting
:
Tempat : rumah, kamar, kamar mandi, sekolah
Hogwarts
4. Suasana
:
Menakutkan : ketika Harry mendengar suara
yang ingin membunuhnya
Menegangkan : ketika Harry melawan Ular
raksasa
5. Perwatakan
:
- Harry, pemberani : ia melawan Lord
Voldemort seorang diri
- Hermione, pintar: ia bisa membuat ramuan untuk merubah wajah dan juga menemukan jawaban dari semua misteri yang ada.
– Ron, penakut : ia takut saat Harry mengajaknya
ke hutan terlarang dan bertemu dengan laba-laba
raksasa
6. Amanat
:
Jangan pernah menyerah untuk menyelesaikan
suatu masalah, karena setiap masalah pasti.
dapat diselesaikan.
Unsur Ekstrinsik :
Nilai persahabatan
:
untuk memecahkan misteri ini Harry
dibantu oleh kedua sahabatnya
Nilai keberanian :
dengan keberaniannya, Harry menyelamatkan
Ginny dari Voldemort seorang diri.